10 Januari 2011

Desire

Desir angin malam begitu dingin
Menerawang jendela yg tampak hanya bayanganku sendiri
Sendiri kawan
Lalu, dingin alam membumbungkan rindu yg tiba-tiba menyeruak
Rindu.. pada dirimu kawanku..
Teringat masa-masa lalu
Pandangmu yang tak pernah lepas dariku
Menelusur perak di ibu jariku
Memandangiku tanpa henti
Diam, dan terus memandang
Ah, pohon-pohon pinus itu pun pura-pura tak tau
Tiba-tiba segenggam murbei kemerahan merekah di tanganmu
Ini, aku memetiknya untukmu..
Hahahahaha.. ini semua membuatku tertawa
dan terasa hati ini pahit saat sadar sekarang kau tak ada di sisiku
Buliran-buliran air hujan bermain di rambut ikalmu..
Tapi tetap saja, kau sembunyikan rasa dinginmu..
Aku tau.. menatapku dan menatapku..
Ah, matamu memang indah kawan.. dengan dua alis yg serupa sangkur menghujam di pelipismu..
Rindu ini...
Kau tak pernah berada di depanku, di sampingku..
Kau selalu di belakangku.. bukan untuk mengikutiku, tapi untuk mengawasiku..
Aku suka itu kawan..
Wajahmu yang selalu khawatir, pias dibawah derasnya air hujan dan halilintar
Humm.... jalan setapak kita pun seperti sungai yang ramai..
hehehehehehe.. Coba kulihat tanganmu cantik, ah rupanya tak apa..
Ayo, terus jalan.. tak kan kubiarkan kau membeku di bawah hujan..
Dan kau selalu menyimpan rasa dingimu.. hahahaha..
Lalu di perapian itu, kita berceloteh tentang banyak hal..
Kau seperti malaikat kawan.. Dan selalu mengacaukan wajah seriusku dg cerita-cerita konyolmu
Kesalku adalah tawamu..
Aku merindukanmu kawanku..
biarkan kau menjadi hal terakhir dalam inginku..
Biarkan aku mendaki di sisimu kawanku..
Mari kita daki semua gunung dan bukit di negeri elok ini..
Mari kawan, mari...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar