7 November 2012

Rabu sore

Kami tiga orang teman sekelas. Kami mulai akrab saat kami kos di jalan yang sama sehingga pulang kuliah kami selalu bersama-sama. Namun tidak disangka, persamaan itu tidak hanya sekedar kos di jalan yang sama, kehidupan kami setelahnya pun sama. Awalnya semua bahagia dengan kehidupan cinta kami masing-masing. Lalu satu persatu tumbang dengan alasan yang sama. Pacar-pacar kami dijodohkan dengan orang yang dipilihkan orang tua mereka. Kami pun putus satu persatu bergantian. Dan hal itu menjadi tragedi dalam hidup kami. Perbedaaan kami dan calon yang dipilihkan orang tua pacar adalah mereka lebih kaya dan terpandang daripada kami. Ironis, tapi itulah hidup. Kami pun limbung, diantara masalah-masalah akademis yang kuliah serasa seperti di medan perang masih ditambah beban hati yang pedih luar biasa. Awalnya Monyet Ki, dia lebih parah karena dia diminta orang tua pacarnya untuk menbujuk pacarnya agar mau menikah dengan orang yang dijodohkan orang tuanya. Seorang laki-laki pun kadang bisa menangis karena tak bisa meraih apa yang dicintainya. Karena cinta meninggalkan kepedihan yang sangat. Lalu hal itu terjadi pada Monyet Ti, dia ditinggal pulang kampung oleh pacarnya dan disana dia dijodohkan dengan pacarnya yang sebelumku. Monyet Ti pun limbung, rasanya dunianya runtuh. Terlalu banyak mimpi-mimpi yang terlanjur dibangun tiba-tiba hilang begitu saja. Hal ini lebih menyakitkan karena terjadi di saat Monyet Ti ulang tahun. Ulang tahun yang benar-benar kelabu. Terakhir Monyet Fi, hari ini si pacar datang jauh dari provinsi seberang, untuk mengatakan bahwa dia akan menikah dengan wanita yang sudah dipilihkan orang tuanya. Menangis darahlah Monyet Fi. Kalau ditarik garis besar diantara nasib kami bertiga alasannya ya sama orang tua kami miskin. Kira-kira seperti itu. Lalu apalah daya kami, sekarang kami hanyalah mahasiswa-mahasiswa miskin yang tidak bisa dinilai dari kamu punya apa dan orang tuamu punya apa. Rasanya dzalim sekali. Tapi inilah hidup. Kami berjuang untuk hidup. Untuk diri kami sendiri dan orang-orang yang mencintai kami. Kami bangga pada orang tua kami, semiskin apapun mereka, dan serendah apapun mereka di mata orang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar