21 Januari 2013

Simbah datang

Sore ini nenek datang. Kami biasa memanggilnya mbah mi. Lagi nganterin mbah kung ke dokter, biasa.. penyakit orang tua. Hehe. Satu rombongan sebenarnya. mbah mi, mbah kung, mas nono, mas gondo ma sepupuku Azza naik mobil mas nono yang super butut. hehe.

  
mbah mi yang bersahaja
 
Aku senang, kebetulan pas lagi di rumah. Alhamdulillah.. banyak hal yang bisa disyukuri. :) Aku sering cerita-cerita dan dikasih cerita sama mbah mi. Waktu kecil aku sering menghabiskan semua liburanku di rumahnya. Jauh di pedalaman Kedunggalar. Belakang rumah nenekku adalah hutan. Jadi hutan merupakan hal yang biasa untukku. Aku senang ada di hutan, entahlah.. menyenangkan. Mandi di sungai, ikut menggembalakan kerbau, nyari jamur, belalang, ikan, bercocok tanam di hutan. Bahkan pernah ladangnya ada jauh di dalam hutan, jadi kami sehari itu beramai-ramai pergi ke ladang memanen ketela pohon, kacang tanah ato kentang hitam. Semua itu menyenangkan. Aku sampai tau bermacam-macam sungai yang ada di hutan itu dari ujung ke ujung. Dulu belum ada andong untuk sampai ke tempat nenekku jadi kalo kesana ya jalan kaki nyebrang hutang. dan aku senang. :D pohon-pohon, sungai, batu-batu besar... kadang malah berjumpa mbah kung lagi nggembala kerbau ato angon di dalam hutan. Gak sengaja, papasan aja.

  
mbah kung dan trio badung
 
Dulu aku merasa sungai-sungai di hutan itu sangat besar dan arusnya deras, ramai loh kalo sore dan pagi. Banyak orang mandi, nyuci, dsb. Di sungai di dalam hutan. Pohon-pohon yang rindang tinggi menjulang. Namun sekarang saat aku pergi lagi ke sungai itu aku merasa sungainya kecil sekali, hampir tak ada air karena pohon-pohon habis ditebang. Gersang. Tapi ingatan-ingatan dan gambaran-gambaran saat aku masih kecil itu tentang sungat, hutan, pohon, dll. tetap melekat cantik di otakku. indah. :)
mbah berdua itu lucu. kadang mereka bertengkar seperti anak kecil, ngadu yang satu begini yang satu begitu. kadang ya akur-akur aja. aku tertawa kecil lalu tertegun, nanti saat tua mungkin juga seperti mereka, kita kembali seperti anak kecil. Jalan di tuntun, makan disuapin, ke belakang di anter, tidak bisa apa-apa sendiri. Persis seperti anak kecil. Makanya saat muda jangan arogan. Seperti itu lo nanti kita. mbah kung yang dulu keras, tegas terutama saat membagi tugas ini dan itu, sekarang... :'( Begitulah hidup.. berputar dan terus berputar..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar