Ngayogyakarta Hadiningrat
Ternyata
lama sekali aku tidak menginjakkan kaki ke Kraton Jogja. Hampir sebelas tahun.
Sering sih ke Jogja, tapi tidak ke keratonnya. Dan Keraton Jogja masih tetap
mengesankan seperti dulu. Anggun dalam keklasikannya.
Bagian depan
Aku ke
sana bersama dua orang rekan kerja karena memang aku sudah berjanji. Selain itu
tumpukan kerjaan yang gak kelar-kelar membuat kami membutuhkan suatu
petualangan yang bisa me-refresh sistem kerja otak. Karena saat itu hanya ada
hari Minggu liburnya, jadilah kami putuskan untuk short trip saja. Exproling dalam
kota, yang pastinya salah satunya kami ingin ke keraton.
Masuk keraton
Saat
ke keraton, kami tidak mengunjungi yang bagian
depan alun-alun. Namun, kami memutar lewat Jalan Ngasem ke arah keraton bagian
belakang. Menurut saya disitu lebih menarik. Selain bisa
melihat lukisan Raden Saleh, siapa tahu saja kami sempat melihat
atraksi-atraksi lain yang kadang memang disajikan dibeberapa bangsal.
Jalan Ngasem
Masuk
ke keraton pun tidak mahal tiketnya. Wisatawan domestik hanya dikenakan tiket
lima ribu rupiah, dan seribu rupiah untuk kamera yang kami bawa.
Bagian dalam keraton
Belakang kami itu adalah dining room nya
Setelah
berputar-putar akhirnya kami menemukan ruangan tempat dipamerkannya
lukisan-lukisan Raden Saleh. Ruangan itu dulunya tempat putra mahkota. Lukisan Raden
Saleh ini terkenal karena dibuat semacam tiga dimensi. Jadi saat kita melihat
mata orang yang dilukis dari sisi kanan, kemudian kita bergeser ke sisi kiri, matanya
seolah-olah mengikuti kita. Hampir semua lukisan di ruangan itu begitu. Kami
seperti anak kecil mencoba semua lukisannya. Bergeser-geser dari kanan dan kiri
lukisan sambil tertawa sendiri.
Menertawakan mata yang mengejar kami. Seolah main petak umpet.
Apakah matanya sedang memandangmu?
Kami
pun beruntung, setelah puas dengan lukisan-lukisan Raden Saleh tadi, kami
disuguhi sebuah pagelaran yang menarik. Penari-penari keraton yang sedang
berlatih di sebuah bangsal diiringi musik gamelan live. Kami pun sejenak
berhenti menikmati. Rasanya terpukau oleh gemulai para penari perempuan.
Cantik-cantik dan wangi. Penari laki-lakinya pun tak kalah gagah. Meski kami
agak malu-malu memandang mereka karena mereka topless. Mereka tampak biasa saat
mengenakan baju abdi dalem, namun saat berubah kostum penari. Terpancarlah aura
ksatrianya.
Mas penari sebelum berubah kostum
Knightly banget kan ya
Ayu
Selain
itu di bangsal depan ada pertunjukan tarian juga. Sepertinya tarian itu
digunakan untuk menyambut turis-turis asing yang sedang bertandang, ramainya.
Suara gamelannya seolah berbeda. Terasa lebih nyaring daripada gamelan-gamelan
biasanya. Ringan dan mistis, begitu kesannya. Suara gamelan memang selalu
menyenangkan. Sederhana tapi elegan.
Fighting
Cantik
Imut
Makannnn
Buah Keben
Photos by @bonietabonie & @Dhaniada
Mbak.. sekalian donk transportna gimana aja.. sapa tau bisa buat refrensi yang lain yang mau ngetrip ke jogjah.. *kanggo aku maksude
BalasHapuswehhh... spesial buat kamu lewat wasap aja ya. :D
HapusJadi pengen ke kraton jogja 😉
BalasHapusmaen aja... easy kok.
HapusSekedar saran kalau bisa font hurufnya diganti yang lebih sederhana ya, Sista.
BalasHapusMata terasa sakit n lelah untuk membacanya.
Salam http://jelajah-nesia2.blogspot.com
perasaan biasa aja font nya... yg mana yg sakit?? sini aku tambahin.... :P
HapusAaaa, kurusan.
BalasHapusOleh2?
hemmm.
Hapusoleh2 buat?
Sekarang kraton tertutup abu tebal kak :( *sedih
BalasHapusndang diresik i han.. :D
Hapuswah.... wah wah.. wah.....
BalasHapusmau dong kapan kapan aku di ajak ngetrip ke jogja... bareng sama dua dosen ku... :D
hehehehe.. koyoke gak asik yen enek cowok e :P
Hapus